Review TVC Tri Indie+

Selasa, April 19, 2016


Television Advertisement atau lebih sering dikenal dengan TV Commercials, merupakan salah satu alternatif dalam mengiklankan suatu produk atau jasa selain iklan dalam bentuk media cetak (poster, banner, billboard, dll). Provider Tri memanfaatkan media TVC dalam memperkenalkan paket Indie+ nya. Dimana dalam proyek TVC yang dikerjakan oleh Michael Sewandono sebagai sutradaranya, Tri menggambarkan bagaimana kehidupan orang dewasa yang sedikit pahit dan kadang bila dipikir-pikir menyusahkan juga. Dari gambaran itulah, Tri memperkenalkan sebuah paket Indie+ yang akan lebih membantu penggunanya dalam memberi solusi dari permasalahan pahit tersebut. Penyampaian pesan yang bersifat implisit, juga menjadi sebuah tugas yang berat bagi Pantarei sebagai agency, FLEX sebagai production house dan dibantu tim Prodigihouse Jakarta dalam hal color gradingnya.

Sebelum saya mengulas overviewnya, mari kita ingat-ingat sejenak iklan sempat populer di pertengahan tahun 2013 ini.


Iklan berupa video Indie+ dibuat dalam 2 versi untuk televisi dan 1 versi untuk youtube. Ketiga-tiganya sama-sama berdurasi 1 menit.  Hampir di setiap iklan Tri selalu menampilkan main idea yang sama yakni “Think Again”. Mereka mengajak pengguna untuk berpikir dua kali dalam mengambil keputusan atau kesimpulan. Memutar balikkan sebuah rumor atau sesuatu yang biasanya terjadi pada generasi muda. Sesuai dengan segmentasi dari provider Tri sendiri, yakni menyasar kalangan anak muda. Bila dalam Iklan Indie+ ini, mereka mengajak pengguna untuk mengulasbalik lagi tentang sebuah fakta anak-anak muda yang sedang menuju pada tahap independen dari dependen. Mereka melakukan beberapa tahap tingkat emosi dalam penyajian TVCnya. Kita ambil saja salah satu versinya yakni versi Cewe. Pertama, mereka menyajikan sebuah fakta cita-cita kebanyakan para generasi muda. Disini digambarkan dengan dialog “kalo aku udah gede, aku ingin jadi eksmud” dan “mau jadi bos”. Kedua, mulai muncul sebuah trigger untuk lebih menarik hati penontonnya dengan menyebutkan kebiasaan apa yang dilakukan para eksmud atau bos. Kemungkinan trigger ini muncul, tepatnya untuk lebih menggambarkan bagaimana seorang anak muda yang berusaha untuk menjadi independen. Digambarkan dalam dialog “hari-hari ngomong campur bahasa inggris”, “tiap jumat pulang kantor, nongkrong bareng sesama eksmud. Ngomongin proyek besar, biar keliatan sukses”, “suara agak digedein, biar kedengaran cewe di meja sebelah.”. Kemudian masuk pada tahapan Ketiga, dimana kebiasaan diulas lebih mendalam lagi seperti pada dialog “Kalo weekend, sarapan di kafe sambil sibuk laptopan” dan dialog “pesen kopi secangkir harga 40 ribuan. Minumnya pelan-pelan, biar tahan sampe siang demi wifi gratis”. Tahap Keempat, penonton dibuat lebih merasakan bagaimana ironi yang dialami generasi muda yang menuju independen, seperti “Kalo tanggal tua, pagi siang malam, makannya mie instan” dan “Kalo mau nelpon, bisanya cuma misscall”. Ironi terakhir yang disebutkan pada tahap keempat itulah yang menjadi trigger untuk memunculkan produk Indie+ yang dibahas pada Tahap Kelima yakni pengenalan solusi dari ironi-ironi tersebut dan secara tidak langsung memberi kesan bahwa produk Indie+ ini akan memberikan sedikit pertolongan untuk menjalani kehidupannya. Ciri khas dari tiap versi iklan Indie+ ini selalu ditutup dengan dialog “Jadi orang gede menyenangkan, tapi susah dijalanin”.

Dari konsep TVC yang dijelaskan diatas, dapat dilihat segmentasi pengguna paket Indie+ Tri ini adalah anak muda namun yang memiliki cita-cita menjadi eksmud atau anak muda yang sedang mengalami masa peralihan dari dependen menjadi independen. Masa peralihan inilah yang jarang dilihat dan dijadikan sebuah segmentasi, namun Tri telah melakukannya. Indie+ merupakan layanan yang menggabungkan keuntungan prabayar dengan kenyamanan paskabayar. Dimana pengguna paskabayar sendiri cenderung digunakan oleh orang-orang yang memiliki penghasilan tetap yang cukup besar. Dengan segmentasi anak muda yang menuju independen, tentunya produk Indie+ ini sudah cukup baik dalam menuntun penggunanya menuju penggunaan paskabayar. TVC ini juga lah yang menjadi kunci suksesnya pemasaran produk Indie+ dengan menginformasikan bahwa kita harus berpikir lagi bahwa menjadi independen itu tidak sesulit itu karena Indie+ akan memberi sedikit pertolongan terutama dalam hal tidak bisa beli pulsa atau kuota saat tanggal tua.

Jujur, dari sekian banyak iklan-iklan provider. Tri lah yang selalu saya tunggu-tunggu. Iklan Tri juga sudah banyak mengalami kemajuan dalam hal pembuatan TVCnya karena telah sadar bahwa segmentasinya tidak bisa diberi iklan yang terlalu eksplisit. Dari sekian banyak iklan Tri, iklan Indie+ ini yang menurut saya lebih baik daripada yang lainnya. Mungkin karena saya termasuk salah satu segmentasinya? Entahlah. Tapi iklan tersebut selalu terngiang-ngiang terutama pada dialog “jadi orang gede menyenangkan, tapi susah dijalanin”. Dari angka 1 sampai 10, mungkin saya akan memberi nilai 9 untuk TVC Indie+ ini. Selain karena penyampaiannya yang baik, juga dari sisi sinematografi, pengambiilan angle kamera, audio yang jernih dan acting talent yang natural.

Mengapa saya memberikan angka 9? Karena pada iklan Indie+ ini, mereka tidak secara langsung dan padat memberikan informasi produk. Namun dilakukan pendekatan terlebih dahulu dengan realita dan ironi yang dialami oleh penggunanya. Ketika mereka telah berhasil membawa hati penggunanya pada tahap emosi tertentu, baru mereka memperkenalkan produk Indie+ ini sehingga penonton menjadi lebih merasa berkesan daripada hanya sekedar mendapatkan informasi produk. Pemilihan talent anak-anak, juga menjadi salah satu faktornya. Bila disangkut pautkan dengan kehidupan pada kenyataannya. Anak kecil cenderung lebih jujur daripada orang dewasa. Karena mereka tidak terlalu banyak berpikir dan cenderung berbicara apa adanya. Dengan begitu, talent anak kecil dalam iklan Tri Indie+ adalah pilihan yang tepat untuk meyakinkan pengguna terhadap produk ini. Realita lain yang saya ketahui, mendirect anak kecil itu tidak semudah mendirect orang dewasa. Ada kalanya mereka bosan dan bahkan merasa menyerah apabila sutradara atau crew lainnya tidak bisa membuat mereka nyaman dengan kondisi shootingnya. Namun semua pihak yang terlibat dalam produksi TVC ini telah sukses menampilkan acting (ekspresi dan dialog) anak kecil yang natural dan pada behind the scenenya, saya dapat melihat betapa bahagianya anak-anak kecil tersebut saat masa produksi. Mungkin itu pula, yang menjadikan nilai tambah dari iklan Indie+ ini.


RESOURCE
Prodigihouse – TVC Three : https://www.youtube.com/watch?v=nDT7-owpqVY
Tri - The Making Of Indie+ : https://www.youtube.com/watch?v=tdlh8qVioyU

You Might Also Like

1 komentar

  1. Terimakasih atas kajiannya🙏🏻
    Iklan ini penggambarannya emang dalem banget. Salut🚩. Indonesia butuh lebih banyak iklan yang kayak gini🔥❤️

    BalasHapus

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Flickr